Pages

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 13 April 2011

Tears for You


   “Sial! Kesiangan lagi.” Aku mengayuh sepedaku cepat. Waktu hampir menunjukkan pukul tujuh. Ini hari pertamaku masuk sekolah setelah libur semesteran kemarin. Pagi ini aku menjadi salah satu petugas upacara. Akhirnya aku sampai di depan gerbang sekolah dengan keringat bercucuran di dahiku. Terdengar bel  yang menjadi tanda upacara akan segera dimulai. Terlihat juga Pak Adi sedang menyiapkan peralatan upacara.
“Mbak Sofy, kok siang lagi berangkatnya?” Tanya Penjaga sekolah yang menatapku heran lalu mengarahkan pintu gerbang untuk ditutup. Aku hanya tersenyum kecil, sampai tidak sadar gerbang hampir setengah tertutup.
“Eitss.. Jangan ditutup dulu, pak! Hehehee..” Pintaku sambil nyengir.
“Iyaa..” Ia lalu membuka sedikit gerbang yang hampir ia tutup setengah itu. Aku pun masuk dan langsung memarkirkan sepedaku.
   Upacara berlangsung dengan khidmat dan tertib. Seperti biasa semua beriritan masuk ke kelas masing-masing. Aku berlari mengejar sahabatku karena belum sempat ketemu sejak upacara tadi.
“Shilla!” Panggilku kepadanya saat kutemukan ia sedang berjalan bergandengan tangan dengan Bistha.
“Apa?” Jawabnya cuek dengan pandangan yang sama sekali tak menatapku. Ia percepat langkahnya seraya menghindar dariku.
Ada apa ini? Kenapa Shilla menghindar dariku? Tanyaku heran pada diriku sendiri. Aku hanya diam. Memikirkan tingkah laku Shilla padaku. Jam ketiga pun selesai, bel istirahat berbunyi. Beberapa murid pun berkerumun keluar kelas untuk membeli makanan atau ke perpus sekolah. Ku jumpai Shilla sedang menikmati makanannya.
“Shil,” Kutarik tangannya sebelum ia menghindar dariku. “Kenapa, tho kamu?!” Aku sedikit membentak.
Ia hanya diam memandangku. “Jawab, Shil!” Aku kembali membentaknya.
“Karna, selama ini aku nggak suka berteman dengan kamu!!” Jawabnya ketus
“Tapi kita sahabat?” Aku heran mengapa Shilla bisa menganggap kita hanya berteman.
“Bukan!” Shilla berlalu dari hadapanku setelah memaksa tangannya untuk lepas dari genggamanku. Tak kusangka ia bisa seperti itu. Teringat semua hal yang kita lewati bersama. Bahkan, sebuah bisikkan pun mampir di lubuk hatiku, yang paling dalam. Bila kau tahu, aku juga ingin berkata seperti ini padamu. Tapi itu sudah dulu. Dan aku tidak tega melihatmu terkejut dengan perkataanku. Rasa ini ku pendam dalam, dalam hatiku. Tapi mengapa kau yang berkata semua yang ku pendam? Mengapa?
Tak terasa air mata telah terbendung di kelopak mataku. Bahkan, siap untuk meluncur membasahi pipi ku. Aku mengusap air mataku dan menahan semua. Ku balikkan badan ku. Tanpa ku sadari Aya sudah di depanku, siap untuk memeluk diriku. Ia pun memelukku. Aku membalas pelukannya dan mencurahkan isi hatiku padanya.
Sahabat, jangan kau anggap semua sahabat adalah sahabat sejati. Sulit untukmu menemukan sahabat sejati. Tapi ketahuilah, sahabat akan selalu ada dalam suka dan duka, alam susah dan senang.

3 komentar:

  1. yang baca berikan kritik dan saran
    mkasih

    BalasHapus
  2. Hmmm...harta yang sangat mahal itu bukanlah uang, atau rumah yang besar atau mobil mewah. Tapi ia adalah kepercayaan sahabat. Apa guna uang banyak tapi tak memiliki seorang sahabat pun? Jagalah persahabatan kalaian sebaik-baiknya, karena dia tak bisa dibeli dengan emas sekalipun..

    BalasHapus

Welcome to my blog. Discover new things here \(´▽`)/ †håñk’š ♥ ŚëжΩда ßêrmаñþааt

Cute Pink Kaoani